This City Is a Battlefield (Perang Kota) 2025

Detail film

Disutradarai oleh Mouly Surya, yang juga nulis skenarionya sendiri, film ini punya visual yang tajam dan atmosfer yang bikin kita beneran ngerasa kayak lagi ada di Jakarta 1946 — penuh asap, debu, dan ketegangan yang nggak bisa lo lariin.

  • Judul: Perang Kota
  • Genre: Drama, Sejarah, Romansa
  • Sutradara & Penulis: Mouly Surya
  • Produser: Rama Adi, Fauzan Zidni, Chand Parwez Servia
  • Tanggal Rilis: 30 April 2025
  • Durasi: 119 menit
  • Bahasa: Indonesia
  • Negara Asal: Indonesia (kolaborasi dengan Belanda, Singapura, Prancis, Norwegia, dll)
  • Platform Streaming: Belum diumumkan (masih tayang di bioskop!)

Sinematografinya? Elegan.
Dialognya? Padat dan meaningful.
Mood-nya? Gelap tapi manusiawi.

Pemeran utama
  • Chicco Jerikho sebagai Isa – Kalem, dingin, tapi penuh beban hidup.
  • Ariel Tatum sebagai Fatimah – Cantik, tangguh, dan terperangkap dalam dilema batin.
  • Jerome Kurnia sebagai Hazil – Muda, enerjik, tapi… ya, rumit.

Rating dan Ulasan⭐️

  • Rating:🌟 8.5 dari 10
  • ulasan umum: Ceritanya Berani dan Nggak Biasa, Akting yang Nendang, Visual yang Kuat & Sinematik, Dialog yang Padat Makna

Sinopsis singkat

Bayangkan Jakarta tahun 1946: kota yang belum lama merdeka tapi masih penuh gejolak. Di tengah kekacauan itu, ada Isa, mantan pejuang yang sekarang jadi guru SD. Tapi hidupnya jauh dari kata tenang. Trauma perang membuatnya impoten, dan hubungan dengan istrinya, Fatimah, mulai renggang.

Masalah makin rumit ketika Hazil, murid biola Isa yang muda dan penuh semangat, diam-diam menjalin hubungan dengan Fatimah. Cinta segitiga pun terjadi di tengah perjuangan melawan penjajah. Isa harus memilih antara menyelamatkan rumah tangganya atau melanjutkan perjuangan demi kemerdekaan.

PERANG KOTA — Ketika Perjuangan, Cinta, dan Luka Batin Meledak di Jakarta

Lo pernah ngerasa capek banget ngadepin hidup yang rasanya terus-terusan ngasih ujian?
Nah, itu juga yang dirasain sama Isa — tokoh utama di film Perang Kota. Tapi bedanya, Isa bukan cuma lagi galau soal cinta atau karier. Dia sedang berada di tengah kota Jakarta tahun 1946, pasca kemerdekaan, yang masih berisik sama dentuman perang dan sepi karena harapan.

Cerita Dimulai…

Isa, mantan pejuang kemerdekaan yang sekarang jadi guru SD, hidup dalam diam. Bukan karena dia pemalu, tapi karena batinnya udah terlalu rusak sama perang. Dia trauma, dingin, dan… jujur aja, lagi nggak bisa apa-apa sebagai seorang suami.

Iya, secara harfiah. Isa mengalami impoten, dan itu jadi luka dalam yang nggak pernah benar-benar sembuh.

Sementara itu, istrinya, Fatimah, yang awalnya setia dan lembut, mulai merasakan kekosongan dalam rumah tangganya. Lalu datang Hazil — pemuda muda, idealis, murid biola Isa — yang secara perlahan mulai mengisi ruang kosong itu.

Yes, cinta segitiga pun terbentuk, bukan di tengah konser romantis, tapi di tengah reruntuhan kota dan sisa-sisa pertempuran.

Bukan Sekadar Cinta, Tapi Juga Kritik Sosial

Film ini nggak cuma cerita soal siapa tidur sama siapa (eh, serius!), tapi juga bagaimana luka perang bisa menggerogoti tubuh dan jiwa orang-orang yang tersisa.
Perang Kota adalah potret jujur tentang bagaimana bangsa yang baru merdeka juga harus “berperang” di dalam dirinya sendiri.

Ada trauma.
Ada pengkhianatan.
Ada cinta yang gagal mekar.
Dan ada perjuangan yang terus berjalan — bahkan setelah tembakan terakhir berhenti.

Pemeran Kelas Wahid

Nggak main-main, film ini digawangi aktor-aktor papan atas:

  • Chicco Jerikho sebagai Isa – Kalem, dingin, tapi penuh beban hidup.
  • Ariel Tatum sebagai Fatimah – Cantik, tangguh, dan terperangkap dalam dilema batin.
  • Jerome Kurnia sebagai Hazil – Muda, enerjik, tapi… ya, rumit.

Ketiganya tampil dengan chemistry yang bikin kita ikut deg-degan, kesel, bahkan simpati.

🎥 Sentuhan Khas Mouly Surya

Disutradarai oleh Mouly Surya, yang juga nulis skenarionya sendiri, film ini punya visual yang tajam dan atmosfer yang bikin kita beneran ngerasa kayak lagi ada di Jakarta 1946 — penuh asap, debu, dan ketegangan yang nggak bisa lo lariin.

Sinematografinya? Elegan.
Dialognya? Padat dan meaningful.
Mood-nya? Gelap tapi manusiawi.

Perang Kota adalah refleksi tentang luka-luka yang nggak kelihatan, dan tentang bagaimana perang nggak selalu datang dari luar — kadang datang dari dalam rumah sendiri.

Kalau kamu suka film yang bikin mikir, yang dalam tapi tetap manusiawi, film ini WAJIB ditonton.
Bukan buat cari hiburan ringan, tapi buat menyelami sisi gelap kemerdekaan yang jarang dibahas.

Merdeka itu susah.
Tapi mempertahankan hati yang udah luka? Kadang lebih berat dari sekadar angkat senjata.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *